RIYADH — Sore itu, lampu-lampu kristal di ballroom Forum Investasi AS – Arab Saudi memantulkan kilau seperti peristiwa bersejarah yang sedang terjadi.
Di tengah sorotan kamera dan delegasi berpakaian necis, Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dia mengumumkan sesuatu yang mengejutkan: pencabutan sanksi atas Suriah.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Pemerintah Kabupaten Cirebon Hentikan Pencarian Korban Longsor Gunung Kuda Demi Keselamatan Tim SAR
Indikator Kepercayaan Pasar Meroket, CSA Index Juni 2025 Lampaui Angka 90

SCROLL TO RESUME CONTENT
Langkah itu bukan hanya mengguncang pasar minyak dan peta diplomasi Timur Tengah.
Ia juga mengirim pesan – sangat terang-terangan – kepada mitra lama Amerika yang kini terasa semakin cerewet dan dominan: Israel.
“Trump sedang ingin menunjukkan bahwa ia tidak lagi berada dalam bayang-bayang Netanyahu,” ujar Peter Ford, mantan Duta Besar Inggris untuk Suriah.
Baca Juga:
Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon: 19 Orang Tewas, Dua Tersangka Ditangkap Polisi Resor Cirebon
Guru SD di Cirebon Diculik dan Dianiaya, Polisi Tangkap Tiga Pelaku dan Kejar Satu Buron
“Ini bukan sekadar diplomasi, ini perlawanan simbolik terhadap Israel, imbuh Fofd dalam wawancara eksklusif yang dikutip media.
Ford bukan diplomat sembarangan. Ia pernah berada di garis depan kebijakan luar negeri Inggris ketika Damaskus masih berfungsi sebagai simpul penting dalam konflik dan negosiasi Timur Tengah.
Kini, dari kejauhan, ia membaca gerak-gerik Trump sebagai upaya mendudukkan kembali Amerika Serikat sebagai aktor independen— bukan sekadar perpanjangan tangan ambisi Israel.
Menurut Ford, keputusan Trump membuka pintu bagi Suriah tak bisa dilepaskan dari sosok yang berdiri di sebelahnya saat pengumuman.
Baca Juga:
Guru SD di Cirebon Diculik di Sekolah, Disekap dan Dianiaya, Tiga Pelaku Kini Ditangkap Polisi
Herry Jung Diam Usai Diperiksa 11 Jam KPK Kasus Suap PLTU Cirebon
Kunci UMKM Memenangkan Perhatian Media dan Pasar, Komunikasi Strategis Publikasi Press Release
Yaitu Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS).
“Trump sedang memberi sinyal bahwa telinganya kini lebih dekat ke Riyadh daripada Tel Aviv,” kata Ford.
Dalam satu tarikan napas, pernyataan itu menyiratkan banyak hal.
Bahwa relasi AS-Israel sedang retak secara emosional, bahwa Arab Saudi memanfaatkan momentum untuk kembali memimpin poros moderat Arab,
Bahwa Suriah – yang selama lebih dari satu dekade diisolasi dan dibombardir opini publik Barat —sedang disiapkan kembali ke panggung.
Trump bahkan sempat menyebut Presiden Suriah yang baru, Ahmed Al-Sharaa, sebagai “pemimpin muda yang tangguh dan menarik.”
Ucapan yang bagi banyak analis terdengar seperti endorsement—langkah awal menuju normalisasi penuh.
Di forum itu pula, pertemuan berlangsung antara Trump, Al-Sharaa, MBS, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Di balik diskusi soal investasi dan stabilitas regional, tersisip ajakan dari Trump kepada Suriah untuk mendukung Perjanjian Abraham, inisiatif kontroversial normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel.
Namun Peter Ford menilai, ini bukan berarti Trump mendadak jatuh cinta pada Damaskus.
Ada dimensi kalkulatif dalam langkah ini: membuka jalan agar Suriah menjadi protektorat baru ala Yordania – negara kecil yang stabil, tunduk, dan tergantung pada bantuan Washington.
“Israel harus mulai menghitung ulang pendekatannya pada Suriah,” kata Ford.
“Jika Damaskus menjadi mitra AS, mereka mungkin harus melepas sebagian wilayah Suriah yang mereka duduki.”
Kendala terbesar, menurutnya, justru datang dari kehadiran militer Amerika sendiri di wilayah utara Suriah.
Selama ini, pos-pos militer itu dijustifikasi atas dasar memerangi ISIS.
Tapi dengan kelompok itu nyaris lumpuh, keberadaan pasukan AS justru menjadi duri dalam daging—bukan hanya bagi Damaskus, tapi juga bagi Iran.
“Penarikan pasukan adalah langkah logis,” ujar Ford.
“Itu bisa menjadi pemecah kebekuan antara AS dan Iran, terutama di saat perundingan nuklir mencapai fase menentukan.”
Di balik keputusan Trump yang tampak berani, para analis membaca satu motif lama yang terus berulang.
Stabilitas bukanlah hasil dari niat baik semata, melainkan hasil tawar-menawar antara kekuatan yang saling mencurigai.
Dan kali ini, tampaknya, Suriah kembali menjadi papan catur. Tapi tidak lagi sebagai pion.***
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Center (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Panganpost.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoseru.com dan Poinnews.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatengraya.com dan Hallobandung.com
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center